Minggu, 17 Maret 2019

Sikap Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya



Masyarakat umumnya enggan mengikuti perubahan, terutama perubahan-perubahan sosial dan budaya yang melibatkan perubahan kebiasaan, lembaga sosial, nilai, dan kepercayaan. Meskipun demikian, harus dikatakan bahwa tidak semua hal baru atau perubahan mendapat tentangan secara luas dari masyarakat.

Masyarakat dengan karakteristik tertentu memang sangat terbuka pada perubahan. Misalnya, masyarakat yang heterogen, masyarakat dengan tingkat pendidikan dan kontak sosial dengan kebudayaan lain sangat terbuka, masyarakat di daerah perkotaan, dan sebagainya. Sementara itu, masyarakat dengan karakteristik yang cenderung menolak perubahan akan menyebabkan lambat atau tidak mulusnya sebuah perubahan sosial. Karena perubahan sosial dan budaya tidak bisa dihindari, baik masyarakat yang terbuka pada perubahan maupun yang cenderung menolak perubahan harus dapat diakomodasi kepentingannya.


A. Ada lima faktor yang cukup berperan dan berpengaruh terhadap diterima atau ditolaknya suatu unsur atau kebudayaan baru. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1.              Kebiasaan masyarakat dalam berhubungan dengan masyarakat lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Masyarakat yang terbuka hubungannya dengan orang dari beraneka ragam kebudayaan, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang lebih mudah untuk menerima kebudayaan asing atau baru. Sebaliknya, masyarakat yang tertutup lebih sulit membuka diri dan mengadakan perubahan.
2.              Suatu unsur kebudayaan baru lebih mudah diterima jika tidak bertentangan dengan ajaran agama yang dianut masyarakat. Hal ini disebabkan masuknya unsur kebudayaan tersebut tidak merusak pranata-pranata yang sudah ada. 
3.              Corak struktur sosial suatu masyarakat yang menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan baru. Struktur yang otoriter akan sukar menerima setiap unsur kebudayaan baru, kecuali kebudayaan baru tersebut langsung atau tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh rezim yang berkuasa.   
4.              Suatu unsur kebudayaan baru lebih mudah diterima masyarakat kalau sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur baru tersebut.
5.              Unsur baru yang terbukti mempunyai kegunaan konkret dan terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat akan mudah diterima. Sebaliknya unsur baru yang belum terbukti kegunaanya dan tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat lebih sulit diterima.

B.     Kecenderungan Masyarakat Untuk Berbubah
Perubahan sosial dan budaya selain disebabkan oleh berbagai kebutuhan hidup yang dihadapi, juga disebabkan oleh pengaruh atau masuknya unsur kebudayaan baru atau asing. Ada masyarakat yang cenderung mempertahankan keadaan sosial budaya yang sudah ada. Mereka melakukan demikian karena unsur yang mereka pertahankan sangat berguna bagi masyarakatnya atau berguna sebagai pedoman hidup bersama. Maka, jika terjadi perubahan justru akan menggoyahkan keseimbangan sistem sosial.

Ini adalah contoh sederhana bagaimana masyarakat memilih mempertahankan nilai-nilai sosial dan kebudayaannya daripada mengikuti perubahan cara hidup sebagaimana ditunjukkan para mahasiswa. Di sini tampak sekali kecenderungan kuat dalam masyarakat untuk mempertahankan beberapa unsur kebudayaannya dan menolak unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari kebudayaan lain. Unsur-unsur yang dipertahankan tersebut ialah sebagai berikut.:

·         Unsur yang mempunyai fungsi vital dan sudah diterima luas oleh masyarakat. Kekerabatan memiliki fungsi sosial sebagai perekat anggota marga. Karena itu, masyarakat akan menolak jika sistem kekerabatan mereka diganti. Mereka juga akan berusaha mempertahankan sistem kekerabatan dari ancaman pengrusakan pihak lain.
·         Unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil dan sudah terinternalisasi dalam diri anggota masyarakat. Misalnya, makanan pokok masyarakat. Sebagian besar anggota masyarakat Indonesia sejak kecil terbiasa makan nasi sebagai makanan pokok mereka. Maka, meskipun beberapa golongan masyarakat mengenal makanan lezat dari
·         Unsur kebudayaan yang menyangkut system keagamaan atau religi, meskipun sebagian besar penduduk Indonesia sudah memeluk agama Islam, namun upacara-upacara yang kental dengan tradisi Hindu dan agama asli tetap dijalankan.
·         Unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan falsafah hidup. Tiap masyarakat memiliki ideologi dan falsafah hidup yang dipegang teguh. Misalnya, bangsa Indonesia, tetap dengan teguh mempertahankan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah hidup bangsa. Beberapa kali ada kelompok, baik yang datang dari dalam maupun dari luar negeri, berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Namun usaha-usaha tersebut tidak berhasil. Ini membuktikan bahwa Pancasila diterima dan dipegang teguh sebagai ideologi bangsa.

B.     Kecenderungan Masyarakat untuk Mempertahankan Kebudayaan
Ada masyarakat yang cenderung mempertahankan unsur-unsur kebudayaannya dengan berbagai faktor yang menyebabkan mereka berbuat demikian. Namun, ada juga yang sebaliknya. Ada masyarakat yang cenderung berubah dengan alasan-alasan pendukungnya.

Mengapa demikian? Kenyataan sosial sehari-hari yang dihadapi masyarakat bukanlah suatu keteraturan yang kaku dan mutlak. Suatu perubahan dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri (faktor intern) maupun faktor-faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern) seperti yang sudah kita pelajari pada Kompetensi Dasar 3.1 di atas.

Kadang, suatu perubahan sosial dan kebudayaan memang dikehendaki oleh suatu masyarakat sebab kehidupan memang terbuka bagi suatu perubahan dan perbaikan. Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya kecenderungan perubahan dalam masyarakat atau kebudayaan, di antaranya sebagai berikut.
·         Rasa tidak puas masyarakat atas keadaan dan situasi yang ada, sehingga muncul keinginan untuk memperbaikinya.
·         Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri. Kesadaran ini mendorong masyarakat melakukan berbagai usaha memperbaiki kekurangan dalam kebudayaannya.
·         Pertumbuhan masyarakat menyebabkan timbulnya keperluan, keadaan, dan kondisi baru. Karena itu, masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
·         Ada kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diatasi dengan sistem kebudayaan yang ada. Oleh sebab itu, masyarakat mencari cara baru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
·         Bertambahnya kebutuhan hidup yang didukung oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup lebih sejahtera.
·         Sikap terbuka dari masyarakat yang bersangkutan terhadap hal-hal baru, baik yang dating dari dalam maupun dari luar, dan sikap toleransi terhadap hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan.

Bagaimana pun, setiap perubahan selalu membawa serta akibat atau ekses. Ada dua ekses perubahan yang utama, yakni terciptanya integrasi sosial dan terjadinya disintegrasi sosial. Bagaimana kedua keadaan ini bisa terbentuk akan diuraikan berikut.


A. INTEGRASI SOSIAL

Sebagaimana sudah disinggung dalam materi Kompetensi Dasar 3.1, setiap perubahan yang dikehendaki atau diinginkan oleh masyarakat akan menghasilkan integrasi sosial. Ini berarti masyarakat menyadari bahwa sistem sosial, nilai, adat istiadat, norma, atau hukum yang berlaku sekarang sudah tidak memadai lagi dan sudah saatnya diubah. Perubahan yang dikehendaki (intended change) oleh masyarakat sendiri tidak akan menimbulkan kekacauan atau disintegrasi sosial. Nilai, norma, atau tatanan hukum yang baru terbentuk akan dapat menjadi patokan hidup sosial, sehingga keharmonisan dan kedamaian segera tercipta, meskipun perubahan baru saja terjadi. Misalnya, selama masa kekuasaan Orde Baru, hak-hak politik warga negara Indonesia sering diabaikan dan tidak diakui. Atas nama stabilitas nasional, pemerintah membatasi kebebasan pers.

Tentunya kita semua mengharapkan agar segala perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia merupakan perubahan sosial yang dikehendaki warga negara. Bahwa dari dalam diri masyarakat sendiri timbul keinginan kuat untuk melakukan perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan dalam bingkai semacam ini akan menjadi sebuah proses kebudayaan yang bagus, karena mampu merangkum seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Apalagi Indonesia adalah negara yang plural, di mana berbagai suku, bangsa, dan agama hidup di sini. Perubahan sosial sebagai sebuah proses kebudayaan akan mampu mengintegrasikan seluruh lapisan masyarakat dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.

Sebaliknya, perubahan yang dipaksakan hanya akan menghasilkan kekacauan dan disintegrasi sosial. Pemaksaan perubahan sosial dapat terjadi dari dalam masyarakat sendiri karena sekelompok orang ingin memaksakan kehendaknya. Atau, pemerintah ingin menguasai seluruh sendiri kehidupan warga negaranya. Pemaksaan perubahan juga bisa berasal dari luar negeri, terutama dari negara-negara adikuasa dengan kepentingan ekonomi dan politik yang ingin diwujudkan di negara Indonesia.


B. DISINTEGRASI SOSIAL

Perubahan yang dipaksakan dapat menimbulkan disintegrasi sosial. Disintegrasi sosial terjadi ketika unsur-unsur sosial yang berbeda yang ada dalam masyarakat tidak mampu menyesuaikan diri satu sama lain. Ketika unsur sosial yang satu memaksakan diri, maka unsur sosial yang lainnya akan memberontak atau melawan. 

Tentu keadaan semacam ini akan menimbulkan disintegrasi sosial. Rakyat bahkan sering berhadapan dengan aparat keamanan yang menggunakan kekerasan demi menyukseskan rencana pemerintah. Pembukaan jalan tol tentu merupakan sebuah rencana yang baik, misalnya membuka isolasi daerah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Rakyat yang mempertahankan harta kekayaannya supaya tidak digusur pun merupakan sikap yang benar. Karena itu, tentu dibutuhkan langkah dialog yang persuasif dan saling menguntungkan agar program pemerintah bisa saling bersintesa dengan kepentingan masyarakat.

Ini hanya salah satu contoh dari berbagai kemungkinan disintegrasi sosial di negara Indonesia. Pertanyaan sekarang adalah mengapa terjadinya disintegrasi sosial berhadapan dengan perubahan sosial dalam masyarakat? Paling kurang ada lima alasan yang mampu menjelaskan pertanyaan ini.

1.      Tidak adanya persamaan pandangan mengenai tujuan semula yang ingin dicapai.
2.      Norma-norma masyarakat mulai tidak berfungsi dengan baik sebagai alat pengendalian sosial demi mencapai tujuan bersama.
3.      Terjadi pertentangan antarnorma-norma yang ada dalam masyarakat. Sejauh ini memang belum terjadi di negara kita. Tetapi pada level yang lebih kecil, misalnya pada masyarakat di tingkat Rukun Tetangga atau Rukun Warga, hal semacam ini sangat mungkin terjadi.
4.      Sanksi yang diberikan kepada pelanggar norma tidak dilaksanakan secara konsekuen. Aspek ini memiliki hubungan dengan yang sudah disebutkan pada poin 2 di atas. Pada level penyelenggaraan negara, penegakan hukum yang tidak adil akan menimbulkan disintegrasi sosial. Sementara pada level komunitas, sanksi yang tidak diberikan secara efektif kepada pelanggar nilai dan norma juga akan menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial. 
Semoga bermanfaat bagi kalian semua...

s
s



Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon